How This Day

Selasa, 20 Januari 2015

Tidak ada mengenal kata usia untuk memulai

Tidak ada mengenal kata usia untuk memulai, termasuk salah satunya ialah untuk mulai mencintai olah raga badminton.

Sejak kecil saya memang sudah dikenalkan badminton sebagai olahraga, karena ayah saya adalah atlet badminton yang juga atlet volly dan atlet tenis meja di masa muda nya. Namun, karena sejak SD kelas lima saya sudah tidak lagi tinggal dengan ibu dan ayah maka ketertarikan saya terhadap badminton mulai pudar dan beralih ke sepakbola.

Disepakbola saya bermain biasa saja, bahkan nyaris tidak ada yang istimewa, mulai berposisi sebagai fullback kanan kemudian pindah ke defensif midfielder dan terakhir lucunya malah lebih bermain kedepan sebagai second setriker. kalau kalian tanya teman-teman sebaya saya, mereka akan bilang kalau saya bermain bola tidak akan lebih dari satu babak dalam satu pertandingan karena faktor stamina yang mudah habis.

Itu terjadi setelah setahun lamanya dibekap cedera yang cukup mengganggu, di masa SMP saya pelari yang cepat sehingga saya lebih suka berada di sektor sayap, namun kecendrungan saya yang lebih suka bertahan membuat saya memilih fullback sebagai posisi favorit dala sepak bola. Waktu itu saya tidak pernah kalah dalam adu sprint walaupun lawan yang dihadapi usianya lebih tua bahkan dewasa.

Badminton adalah olah raga yang tidak asing untuk rakyat indonesia, karena badminton ialah olahraga yang sarat akan prestasi. Di olahraga badminton Indonesia sering mendapatakan mendali asean games, sea games, dan olimpiade. Bahkan atletnya sering menjadi juara dalam event kejuaraan dunia, coba kalian bandingkan dengan prestasi Sepak bola tanah air.

Sudah empat bulan ini, saya beserta teman-teman satu kostan bermain badminton rutin setiap hari kamis malam atau malam jumat dari pukul tujuh sampai dengan sepuluh di salah satu Gor yang leataknya di daerah antapani. Yang menarik ialah, kita semua sebenarnya awam dalam olah raga badminton. jadi smuanya belajar dari awal bagaimana cara serf, memukul, backhand dan istilah lainnya.

Bagi saya dan juga kawan-kawan, bermain badminton adalah sebagai hiburan yang menyehatkan, karena kadang badminton yang menguras fisik dan juga mental tetap saja dibarengi dengan tingkah konyol kami yang kadang malah lucu dan membuat semua tersenyum dan tertawa bersama. Malah sepertinya hari kamis adalah hari yang sangat ditunggu dibandingakan dengan hari sabtu atau hari libur. Saking bersemangatnya, dari siang peralatan tempur untuk badminton sudah dipersiapkan.

Sepertinya GOR tempat biasa kami badminton ialah tempat yang paling murah di kota Bandung, cuma iuran masing-masing Rp.10.000,- / setiap minggu, sudah bisa tiga kali main (enam set bahkan lebih). tak ayal setiap minggunya walaupun anggota tim silih berganti, namun tidak pernah kurang dari delapan orang. hanya empat orang yang tidak pernah absen.

Bagi saya pribadi, bermain badminton ialah seperti menemukan bakat yang selama ini terpendam, karena ternayata kekuatan saya di olahraga ada di tangan. mungkin seperti ayah saya yang lebih menyukai volly, badminton dan tenis meja. sepertinya DNA itu turun ke saya namun tidak diarahkan dengan baik.

Namun tidak ada kata terlambat untuk memulai, walaupun mungkin akan berbeda dengan mereka yang telah lebih dulu memulai namun jika terus dilakukan mungkin saja kemampuan kita akan bisa sama dengan mereka.

Olah raga itu bagian dari mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rezeki kesehatan, harta, dan tentunya nikmat untuk bisa hidup di dunia. Oleh karena itu penting sekali untuk kita untuk terus bersyukur dan mendayagunakan potensi yang tekah Allah berikan. seperti kata guru saya dulu di SMA: untuk mensyukuri karunia Tuhan, hendaknya kita bisa mengolah; 1. Olah raga, 2. olah fikiran, 3. olah kata, 4. dan olah rasa.

AR.K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar